Alkisah, ketika sedang melaut
seorang nelayan mengamati seekor ular yang berenang menuju perahunya.
Begitu ular itu sudah berada di dekat perahu, sang nelayan bisa melihat
ternyata ular itu membawa seekor katak di dalam mulutnya. Karena merasa kasihan
dengan si katak, sang nelayan pelan-pelan mengulurkan tangannya ke dalam air
dan dengan hati-hati mengeluarkan katak itu dari mulut si ular. Katak itu pun
segera pergi menjauh.
Tapi dalam hati sang nelayan timbul rasa kasihan yang sama pada si ular. Sang
nelayan pun mencarikan sesuatu yang bisa diberikan padanya. Ia menemukan
sebotol minuman sejenis wiski, menuangkan minuman itu segelas penuh, dan dengan
hati-hati memberikannya pada si ular.
Ular itu lalu berenang menjauh.
Sang nelayan merasa puas dengan perbuatan baiknya. Tapi sekitar sepuluh menit
kemudian, ia mendengar suara ketukan pelan di bagian sisi perahunya. Ketika
menoleh ke arah samping, dilihatnya ular itu telah kembali... tapi kali ini
dengan membawa dua katak di dalam mulutnya.
***
Jika kita membandingkan kisah di
atas dengan kehidupan nyata kita, bukankah ada kemiripan di antara keduanya?
Jika kita memberikan sesuatu pada seseorang (atau hewan) apa yang mereka
inginkan, bisa dipastikan mereka akan kembali dan kembali lagi. Bahkan, mungkin
mereka akan membawa sekalian keluarga dan teman-temannya.
Tindakan memberi dan membantu orang lain memang sangat dianjurkan, tapi
alangkah lebih baiknya jika tindakan itu dapat juga dijadikan sebagai
"alat" pemicu atau penyemangat agar di kemudian hari mereka bisa
lebih mandiri dan lebih kuat. Jangan sampai kebaikan kita malah menjadikan
pihak penerima bantuan sebagai orang yang hanya berpangku tangan menunggu
pertolongan orang lain.
Penulis : Tim AndrieWongso
0 komentar:
Posting Komentar