REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -
Mulailah perhatikan jajanan anak Anda. Temuan BPOM baru baru ini cukup
mengejutkan.
Direktur Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Halim Nababan
mengatakan keamanan dan kualitas pangan yang pihaknya teliti pada tahun 2008
sampai 2010 menunjukkan sekitar 48 persen bahan-bahan berbahaya ada pada makanan
jajanan anak Sekolah Dasar (SD).
"Komitmen pemerintah melalui
program Gerakan Pangan Menuju Gerakan Sehat yang Wakil Presiden, Budiono
canangkan (31/1) tahun lalu, kita tindak lanjuti dan sasaran kita saat ini
adalah anak SD," kata Halim kepada pers, di Jakarta, Kamis (5/3).
Menurut Halim, anak SD merupakan
sasaran yang tepat untuk melakukan program tersebut, karena edukasi mengenai
jajanan yang sehat diberikan saat usia tersebut sangatcocok diterapkan kepada
mereka.
Dikatakan Halim, ini merupakan
langkah kecil, namun dapat memberikan efek yang besar nantinya bagi penerus
bangsa Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, dokter
spesial anak sekaligus Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dr.
Rachmat Sentika, mengatakan jajanan anak yang banyak mengandung zat aditif
dapat berbahaya bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Rachmat menjelaskan, efek dari
zat tersebut memang tidak akan terlihat pada jangka waktu yang dekat, tapi
dalam jangka waktu yang lama akan muncul kerusakan pada ginjal dan gangguan
tumbuh kembang anak.
"Beberapa waktu lalu bersama
BPOM, kami melakukan sidak ke SD di kabupaten Bandung, dari sidak tersebut
sejumlah makanan ditemukan 12,3 persen mengandung formalin, 10,2 persen
mengandung metanil yelow, 10,9 persen mengandung rhodamin B dan 56,7 persen
mengandung boraks.
Selain dapat merusak ginjal dan
menggangu tumbuh kembang anak, Rachmat menuturkan, apabila zat aditif terus
dikonsumsi anak, maka proses pembentukan sel darah dapat terganggu, dan dapat
menimbulkan penyakit kanker dikemudian hari.
0 komentar:
Posting Komentar