Sejurus kemudian berlangsunglah pembicaraan antara keduanya.
“Pak Kyai, saya datang ke sini mau minta bantu doa agar hajat saya dikabulkan oleh Allah SWT.” ujar si Pengusaha.
“Memangnya saudara sedang punya hajat apa?” tanya Pak Kyai ringan.
“Begini Pak Kyai…, saya ini punya usaha di bidang migas. Saya sedang ikut
tender di Riau. Doakan agar saya bisa menang tender…!” jelas si Pengusaha.
“Hmmmmm…” Pak Kyai hanya bergumam tanpa sedikit pun memberi tanggapan.
Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan Pak Kyai, tiba-tiba si Pengusaha
menambahkan,
“Tolong doakan saya dalam tender ini Pak Kyai, insyaAllah
seandainya saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini!”
Dahi Pak Kyai berkernyit mendengarnya. Raut muka beliau terlihat sepertinya
agak tersinggung dengan pernyataan si Pengusaha.
Menanggapi pernyataan si Pengusaha, Pak Kyai yang asli Madura bertanya,
“Sampeyan hafal surat Al-Fatihah…?!”
Si Pengusaha menjawab bahwa ia hafal.
“Tolong bacakan surat Al-Fatihah itu!” pinta Pak Kyai.
“Memangnya ada apa Pak Kyai, kok tiba-tiba ingin mendengar saya baca
Al-Fatihah?!” tanya si Pengusaha.”
“Sudah baca saja… Saya mau dengar!” tukas Pak Kyai.
Maka, sang Pengusaha itu pun mulai membaca surat pertama Al-Qur’an.
“Bismillahirrahmanirrahim…”
“…Alhamdulillahi rabbil alamiin… Ar rahmaanir rahiim… Maliki yaumiddiin… Iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’iin…”
“Sudah-sudah cukup…, berhenti sampai di situ!” pinta Pak Kyai.
Si Pengusaha pun menghentikan bacaan.
“Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya?!” tanya Pak
Kyai.
“Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin…, Pak Kyai?” tanya si Pengusaha menegaskan.
“Ya, yang itu!” jawab Pak Kyai.“Oh itu, saya sudah tahu artinya Kepada-Mu ya Allah kami mengabdi…kepada-Mu ya Allah kami memohon pertolongan!” tandas si Pengusaha.
Pak kyai lalu berujar enteng,
“Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah sampeyan dengan saya
punya!”
Si pengusaha memperlihatkan raut kebingungan di wajahnya. “Maksud Pak Kyai…?!”
tanya si Pengusaha heran.
“Saya kira Al-Fatihah sampeyan sudah terbalik menjadi iyyaka nasta’iin wa
iyyaka na’budu!” jawab Pak Kyai.
Si Pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak kyai, ia pun
berkata,
“Saya masih belum mengerti Pak Kyai!”Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si Pengusaha, beliau pun menjelaskan,
Deggg! Keras sekali smash sindiran menghujam jantung hati si Pengusaha.
Ba’da dzuhur esok harinya, handphone Pak Kyai berdering. Rupanya si Pengusaha
tadi malam.
“Mohon dicek Pak Kyai, saya barusan sudah transfer ke
rekening pesantren,” kata si Pengusaha, sambil pamit lalu menutup telepon.
Sejurus kemudian Pak Kyai pergi ke bank membawa buku tabungan.
Usai dicetak lalu dicek, matanya terbelalak melihat angka 2 dan deretan angka 0
yang amat panjang. Hingga Pak Kyai merasa sulit memastikan jumlah uang yang
ditransfer.
Pak Kyai pun bertanya kepada teller bank,
“Mbak, tolong bantu saya berapa dana yang ditransfer ke
rekening saya ini?”
Sang teller menjawab, “Ini nilainya 200 juta, Pak Kyai!”
Pak Kyai pun begitu sumringah. Seumur-umur baru kali ini ada orang menyumbang
sebanyak itu ke Pesantrennya, berulang kali ucapan hamdalah terdengar dari
lisannya.
Malamnya lepas maghrib, Pak Kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di
pesantren yatim-piatu itu.
Mereka membaca Al-Qur’an, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin
dicapai oleh si Pengusaha.
Arsy Allah SWT malam itu mungkin bergetar.
Pintu-pintu langit mungkin terbuka, sebab doa yang dipanjatkan oleh Pak Kyai
& para santri yatim-piatu begitu khusyuk…
Seminggu berselang si Pengusaha menelpon Pak Kyai.
“Pak kyai, saya ingin mengucapkan terima kasih atas doanya tempo hari. Alhamdulillah,
baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai
proyek yang cukup besar!”Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya,
“Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!” jawab si Pengusaha.
Subhanallah, begitu cepat dan besar balasan Allah yang diterima Pengusaha itu.
Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang
tender dengan nilai proyek yang cukup besar!”
Sumber: Anonymous