" Orang Baik Minum Tolak Angin "
Ditengah gentingnya suasana demo di Jakarta kemarin saya diminta berbicara di sebuah seminar di tengah kota yang dihadiri oleh para Kepala Bidang Kemahasiswaan dari 250 lebih Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Ini momentum penting maka saya beranikan diri menembus Jakarta yang lengang karena penduduknya lebih suka diam di rumah khawatir demo menjadi rusuh.
Ditengah gentingnya suasana demo di Jakarta kemarin saya diminta berbicara di sebuah seminar di tengah kota yang dihadiri oleh para Kepala Bidang Kemahasiswaan dari 250 lebih Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Ini momentum penting maka saya beranikan diri menembus Jakarta yang lengang karena penduduknya lebih suka diam di rumah khawatir demo menjadi rusuh.
di dalam seminar itu saya bertanya kepada mereka : " Apabila Anda punya anak, apakah anda ingin agar anak anda menjadi orang baik, atau menjadi orang pintar ? Mereka menjawab serentak dengan nada koor : " Jadi orang baiiiiiiiiik ".
Kemudian saya tanya lagi : " Yang sedang Anda ajarkan di kampus Anda selama ini, membuat orang menjadi baik, atau membuat orang menjadi pintar ? ".
Mereka menjawab lagi : " pintaaaaar ".
Saya tanya lagi : " jadi apa yang Anda ajarkan kepada mahasiswa selama ini sesungguhnya apakah sesuai dengan tujuan sebenarnya ? "
Ups ! mereka tercekat sejenak kemudian....sepi...
Sekarang hasilnya, coba lihat di lingkungan sekitar kita, para pemimpin kita di mana-mana, yang banyak Anda temukan apalah orang baik atau orang pintar ? Sekarang lihat bagaimana hasilnya dengan negeri yang kaya raya sumber daya alamnya ini ?
Kalau kita terus menanam angin maka kita akan menuai badai. Badai hebat yang terjadi saat ini tidak juga berhasil merubah cara kita menanam. Kita terus berharap panen buah semangka, tapi kita terus menanam kelapa. Kita harus merubah cara dan tujuan pendidikan kita.
Bukan menghasilkan orang pintar, tapi orang baik yg pintar.
Saya tiba-tiba jadi teringat sebuah iklan jamu : " Orang pintar minum tolak angin ", sebaiknya diganti, " Orang Baik Minum Tolak Angin ".
Inilah pesan Nabi Muhammad SAW kekasih hati kita yang harus kita ingat :
" Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa atau bentuk kamu, tidak juga kepada jasadmu, tapi ia melihat kepada hati dan perbuatanmu ".
( HR. Muslim )
Oleh : Ary Ginanjar Agustian
0 komentar:
Posting Komentar